07/11/12

Tentang Kami


Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh…
Ahlan Wa Sahlan …

Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini moga kita mendapatkan manfaat darinya.
Blog ini merupakan kumpulan tulisan pribadi baik yang sudah di publikasikan via jejaring social,beberapa situs –situs internet ataupun yang belum.Dan terdapat pula beberapa tulisan yang diambil dari penulis lain. Dengan latar belakang saya yang tidak jauh dari dunia pesantren dan pendidikan Islam tak ayal muatan blog ini berkaitan erat dengan ajaran Islam.

Namun dengan keterbatasan ilmu tentu tulisan –tulisan ini jauh dari sempurna.Maka kurang lebihnya mohon dimaafkan dan saran serta kritik selalu kami harapkan dar pembaca sekalian.
Akhirul kalam ….semoga tulisan tulisan ini dapat menjadi sebab terhapusnya dosa – dosa ,sebagai wasilah untuk menggapai Ridho Allah 'Azza wa jalla,dan sebagai hujjah untuk penulis bukan hujjah atas penulis. Selamat membaca! Moga bermanfaat…

Biodata Penulis :

Nama  : Rizqo Kamil Ibrahim

Alamat : Asrama Kampus Universitas Islam Madinah KSA

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah semester 4

Facebook : rixzun@yahoo.com 

Twitter : rizqokamil13

Mobile : +966544807277



01/11/12

Khutbah Nabi

Dari Abu Zaid (yaitu Amr bin Akhthab Radhiyallahu anhu), Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam shalat Shubuh berjamaah (mengimami) kami, lalu (setelah shalat) beliau naik ke mimbar dan berkhutbah kepada kami sampai tiba waktu shalat Zhuhur. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam turun dari mimbar dan shalat berjamaah (mengimami) kami. (Setelah shalat) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam naik (lagi) ke mimbar dan berkhutbah kepada kami sampai tiba waktu shalat Ashar, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam turun dari mimbar dan shalat berjamaah (mengimami) kami. (Setelah shalat) kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam naik ke mimbar lagi dan berkhutbah kepada kami sampai saat matahari terbenam. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengkhabarkan kami tentang apa-apa saja yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. (Abu Zaid) berkata, Orang yang paling mengetahui adalah orang yang paling hafal di antara kami[HR. Muslim (no. 2892), al-Hakim (IV/487) dan Ahmad (V/341) dari Shahabat Amr bin Akhthab Radhiyallahu anhu]

Kritik bagai Kripik


Mengajari burung tuk terbang, ikan tuk berenang, serigala tuk memangsa terdengar menggelikan.

Namun, ada kalanya burung lupa bagaimana tuk terbang, amnesia, dikiranya dirinya itik.
Serigala memakan rumput diantara domba, ha ha amnesia pula si pengaung.

Terdengar layaknya "fabel" atawa "fairi tales"
namun sejatinya, sesuatu yang sounds like "dongeng" terkadang menghampiri hidup kita..

Walhasil..

Mari saling menasehati

Mari saling mentahdzir

Mari saling mengkritik

Mari saling menyalahkan

Abu Ismail Rizqo
Ramadhan,10 1432

KERANCUAN SEJARAH WAHHABI : Sebuah kritik atas pertentangan memoar Hempher dalam Buku Catatan Harian Seorang Mata-Mata: Kisah Penyusupan Mata-Mata Inggris untuk Menghancurkan Islam

Oleh Rimbun Natamarga

Tanpa disadari banyak pihak, istilah Wahhabi atau Wahabi ternyata digunakan secara luas. Wahhabi bukan Arab Saudi. Atau, Wahhabi bukan sekedar ditujukan pada kelompok Salafi. Bukan pula terbatas hanya kepada Al-Qaeda dan Osama bin Laden.
Di Indonesia saja, kelompok-kelompok peledak bom, dari mulai kelompok Imam Samudra, Nurdin M. Top dan Dr. Azahari sampai kelompok Saifuddin Zuhri dikatakan sebagai orang-orang Wahhabi. Bahkan, Hizbut Tahrir Indonesia dan Partai Keadilan Sejahtera terkadang dikatakan publik sebagai kelompok Wahabi. Ini bagi yang jeli mengamati sejarah Islam kontemporer di Indonesia.

Sejatinya, istilah Wahhabi berasal dari pihak yang tidak menyukai Muhammad bin Abdil Wahhab, dakwah dan para pengikutnya. Pemilihan kata Wahhabi berdiri di atas dalih penghormatan mereka—orang-orang dari pihak yang tidak suka itu—terhadap Nabi Muhammad; mereka tidak mau menyandarkan julukan negatif untuk orang dan dakwah yang tidak mereka sukai kepada nama sosok yang justru mereka hormati (Nabi Muhammad). Sebab, seharusnya, kalau disandarkan gerakan Wahhabi kepada Muhammad bin Abdilwahhab, maka sebutannya adalah Muhammadi. Bukan Wahhabi.
Karena itu, adalah lumrah dalam tulisan-tulisan mereka, Muhammad bin Abdil Wahhab ditulis dengan kata ganti “Ibnu Abdil Wahhab,” “al-Wahhab,” “Abdul Wahhab” atau bahkan “Nejed.” Sepintas, bisa saja dikatakan bahwa penggunaan kata ganti yang seperti ini menuruti tradisi penulisan orang-orang Barat. Akan tetapi, kenyataan yang ada tidak seperti itu.